BAB II PEMBAHASAN
A. Penghargaan Diri
1. Pengertian Harga Diri (Self Esteem)
Stuart dan Sundeen (1991), mengatakan bahwa harga diri (self
esteem) adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal dirinya. Dapat diartikan
bahwa harga diri menggambarkan sejauhmana individu tersebut menilai dirinya
sebagai orang yang memeiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten.
Sedangkan menurut Gilmore (dalam Akhmad Sudrajad) mengemukakan
bahwa: “….self esteem is a personal judgement of worthiness that is a personal
that is expressed in attitude the individual holds toward himself. Pendapat ini
menerangkan bahwa harga diri merupakan penilaian individu terhadap kehormatan
dirinya, yang diekspresikan melalui sikap terhadap dirinya. Sementara itu, Buss
(1973) memberikan pengertian harga diri (self esteem) sebagai penilaian
individu terhadap dirinya sendiri, yang sifatnya implisit dan tidak
diverbalisasikan.[1]
2. Arti Harga Diri (Self Esteem)
Menurut pendapat
beberapa ahli tersebut, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa harga diri (self
esteem) adalah penilaian individu terhadap kehormatan diri, melalui sikap
terhadap dirinya sendiri yang sifatnya implisit dan tidak diverbalisasikan dan
menggambarkan sejauh mana individu tersebut menilai dirinya sebagai orang yang
memeiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten.
Salah satu
komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri (self esteem) adalah
penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1999). Sedangkan harga diri rendah
adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggungjawab
atas kehidupannya sendiri.[2]Jika
individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah. Harga diri rendah jika
kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri diperoleh dari
diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan menerima
penghargaan dari orang lain.[3]
Gangguan
harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai
keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang
diarahkan pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik
diri secara sosial.[4]
Orang tua memiliki tanggung jawab besar untuk dapat memenuhi kebutuhan harga
diri anak, melalui pemberian kasih sayang yang tulus sehingga anak dapat tumbuh
dan berkembang secara wajar dan sehat, yang didalamnya terkandung perasaan
harga diri yang stabil dan mantap. Disinilah,
tampak arti penting peran orang tua dan guru sebagai fasiltator.
Akhmad Sudrajad mengatakan bahwa pentingnya pemenuhan kebutuhan
harga diri individu, khususnya pada kalangan remaja, terkait erat dengan dampak
negatif jika mereka tidak memiliki harga diri yang mantap. Mereka akan
mengalami kesulitan dalam menampilkan perilaku sosialnya, merasa inferior dan canggung.
Namun apabila kebutuhan harga diri mereka dapat terpenuhi secara memadai,
kemungkinan mereka akan memperoleh sukses dalam menampilkan perilaku sosialnya,
tampil dengan kayakinan diri (self-confidence) dan merasa memiliki nilai dalam
lingkungan sosialnya (Jordanet. al. 1979).[5]
3. Aspek-aspek Penghargaan Diri
Menurut Maslow(Schultz, 1999) ada dua aspek utama yang
mempengaruhi individu, yaitu :
a) Penghargaan
dari diri sendiri
Penghargaan dari diri sendiri adalah berupa keyakinan bahwa
individu merasa aman dengan keadaan dirinya, merasa berharga dan adekuat.
Ketidakmampuan merasakan diri berharga membuat individu merasa rendah diri,
kecil hati, tidak berdaya dalam menghadapi kehidupan. Perasaan berharga
terhadap diri dapat ditumbuhkan melalui pengetahuan yang baik tentang diri
serta mampu menilai secara obyektif kelebihan-kelebihan maupun
kelemahan-kelamahan yang dimiliki. Jadi, individu dapat menghargai dirinya bila
individu mengetahui siapa dirinya.[6]
b) Penghargaan dari orang lain
Keberartian ini dikaitkan dengan penerimaan, perhatian, dan afeksi
yang ditunjukkan oleh lingkungan. Bila lingkungan memandang individu memiliki
arti, nilai, serta dapat menerima inidividu apa adanya maka hal itu
memungkinkan individu untuk dapat menerima dirinya sendiri, yang pada akhirnya
mendorong individu memiliki harga diri tinggi atau yang positif. Sebaliknya
bila lingkungan menolak dan memandang individu tidak berarti individu akan mengembangkan
penolakan dan mengisolasi diri. Sulit untuk mengetahui apakah orang lain
sebenarnya menghargai atau tidak, oleh sebab itu individu perlu merasa yakin
bahwa orang lain berpikir baik tentng dirinya. Ada banyak cara supaya orang
lain menghargai individu, antara lain melalui reputasi, status sosial,
popularitas, prestasi, atau keberhasilan lainnya di dalam lingkungan
masyarakat, kerja, sekolah, dan lain-lain.[7]
Aspek-aspek yang dikemukan Maslow tersebut
di atas masih bersifat global. Aspek-aspek harga diri secara lebih rinci
dikemukakan oleh Coopersmith (1967), yaitu :
a. Keberartian Diri (Significance)
Hal itu membuat individu cenderung mengembangkan harga diri yang
rendah atau negatif. Jadi, berhasil atau tidaknya individu memiliki keberartian
diri dapat diukur melalui perhatian dan kasih sayang yang ditunjukkan oleh
lingkungan.
b. Kekuatan Individu (Power)
Kekuatan di sini berarti kemampuan individu untuk mempengaruhi
orang lain, serta mengontrol atau mengendalikan orang lain, di samping mengendalikan
dirinya sendiri.[8]
individu mampu mengontrol diri sendiri dan orang lain dengan baik
maka hal tersebut akan mendorong terbentuknya harga diri yang positif atau
tinggi, demikian juga sebaliknya. Kekuatan juga dikaitkan dengan inisiatif.
Pada individu yang memiliki kekuatan tinggi akan memiliki inisiatif yang
tinggi, demikian sebaliknya.[9]
c. Kompetensi (Competence)
Kompetensi diartikan sebagai memiliki usaha yang tinggi untuk
mendapatkan prestasi yang baik, sesuai dengan tahapan usianya. Misalnya, pada
remaja putra akan berasumsi bahwa prestasi akademik dan kemampuan atletik
adalah dua bidang utama yang digunakan untuk menilai kompetensinya, maka individu
tersebut akan melakukan usaha yang maksimal untuk berhasil di bidang tersebut.
Apabila usaha individu sesuai dengan tuntutan dan harapan, itu berarti invidu
memiliki kompetensi yang dapat membantu membentuk harga diri yang tinggi.
Sebaliknya apabila individu sering mengalami kegagalan dalam meraih prestasi
atau gagal memenuhi harapan dan tuntutan maka individu tersebut merasa tidak
kompeten. Hal tersebut dapat membuat individu mengembangkan harga diri yang
rendah.[10]
d. Ketaatan
Individu Dan Kemampuan Memberi Contoh (Virtue)
Ketaatan individu terhadap aturan dalam masyarakat serta tidak
melakukan tindakan yang menyimpang dari norma dan ketentuan yang berlaku di
masyarakat akan membuat individu tersebut diterima dengan baik oleh masyarakat.
Demikian juga bila individu mampu memberikan contoh atau dapat menjadi panutan
yang baik bagi lingkungannya, akan diterima secara baik oleh masyarakat. Jadi
ketaatan individu terhadap aturan masyarakat dan kemampuan individu memberi
contoh bagi masyarakat dapat menimbulkan penerimaan lingkungan yang tinggi
terhadap individu tersebut. Penerimaan lingkungan yang tinggi ini mendorong terbentuknya
harga diri yang tinggi. Demikian pula sebaliknya[11]
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penghargaan Diri
a). Menurut Akhmad Sudrajad
1)Kegagalan
yang berulang kali,
3) Kurang mempunyai tanggungjawab personal,
4) Ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag tidak
realistis
b). Menurut Dariuszky adalah perasaan takut, yaitu kekhawatiran
atau ketakutan (fear).
c). Menurut Coopersmith
(1967)
1) Faktor jenis kelamin
2) Inteligensi
3) Kondisi fisik
4) Lingkungan keluarga
5) Lingkungan sosial[12]
B. Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah sebuah proses perubahan di
dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,
pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan
kemampuan-kemampuan yang lain.13
2. Aspek-aspek Belajar
a. Kompetensi kognitif guru
Meliputi seluruh fenomena perasaan
dan emosi seperti cinta, benci, senang, sedih, dan sikap-sikap tertentu
terhadap diri sendiri dan orang lain. Namun demikian, kompetensi afektif (ranah
rasa) yang paling penting dan paling sering dijadikan objek penelitian dan
pembahasan psikologi pendidikan adalah sikap perasaan diri yang berkaitan
dengan profesi keguruan
b. Kompetensi aktif guru
.15
c. Kompetensi psikomotor guru
Meliputi segala ketrampilan ata
kecakapan yang bersifat jasmaniah yang pelaksanaannya berhubungan dengan
tugasnya selaku pengajar. Guru yang profesional memerlukan penguasaan yang
prima atas sejumlah keterampilan ranah karsa yang langsung berkaitn dengan
bidag studi garapannya.16
3. Faktor yang mempengaruhi belajar
a. Faktor Intern
1) Faktor jasmaniah
Faktor kesehatan
Proses belajar seseorang akan
terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga akan lelah.
Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah
salah satu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh
atau badan. Jika ini terjadi hendakya siswa belajar pada lembaga pendidikan
khusus.17
17http://www.wawsanpendidikan.com/2015/09/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-belajar.html
18. Ibid., 19Ibid., 20Ibid.,
2) Faktor psikologi
Intelegensi
Merupakan kecakapan yang terdiri dari
tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi
yang baru dengan cepat dan efektif.18
Perhatian
Keaktifan jiwa yang dipertinggi,
semata-mata tertuju pada suatu objek.19
Minat
Kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
Bakat
Potensi/ kecakapan dasar yang
dibawa sejak lahir. (Ahmadi Abu Widodo Supriyono, 2004).
Motivasi
Dapat menentukan baik tidaknya
dalam mencapai tujuan. Semakin besar motivasinya maka semakin besar kesuksesannya.20
b. Faktor Eksetern
1) Faktor lingkungan sosial
Meliputi guru, para staf
administrasi, teman sekelas, tetangga, masyarakat.
2) Faktor lingkungan non sosial
Meliputi gedung sekolah dan letaknya,
rumah tempat tinggal, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu. (Winarno
Suroakhmad, 1982).21
[1]https://hijaujaya.blogspot.co.id/2014/12/contoh-makalah-harga-diri-self-esteem.html?m=1
[3]
Ibid.,
[4]
Ibid.,
[5]
Ibid.,
[6]
Ibid.,
[7]
Ibid.,
[8]
Ibid.,
[9]Ibid.,
[10]
Ibid.,
[11]
Ibid.,
[12]
Ibid.,
1 komentar: