Friday 10 May 2019

Pengertian Harga diri(Makalah),Arti harga diri, aspek Penghargaan



BAB II PEMBAHASAN
A. Penghargaan Diri
1. Pengertian Harga Diri (Self Esteem)
       Stuart dan Sundeen (1991), mengatakan bahwa harga diri (self esteem) adalah penilaian individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal dirinya. Dapat diartikan bahwa harga diri menggambarkan sejauhmana individu tersebut menilai dirinya sebagai orang yang memeiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten.
       Sedangkan menurut Gilmore (dalam Akhmad Sudrajad) mengemukakan bahwa: “….self esteem is a personal judgement of worthiness that is a personal that is expressed in attitude the individual holds toward himself. Pendapat ini menerangkan bahwa harga diri merupakan penilaian individu terhadap kehormatan dirinya, yang diekspresikan melalui sikap terhadap dirinya. Sementara itu, Buss (1973) memberikan pengertian harga diri (self esteem) sebagai penilaian individu terhadap dirinya sendiri, yang sifatnya implisit dan tidak diverbalisasikan.[1]
2. Arti Harga Diri (Self Esteem)
       Menurut pendapat beberapa ahli tersebut, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa harga diri (self esteem) adalah penilaian individu terhadap kehormatan diri, melalui sikap terhadap dirinya sendiri yang sifatnya implisit dan tidak diverbalisasikan dan menggambarkan sejauh mana individu tersebut menilai dirinya sebagai orang yang memeiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten.
            Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri (self esteem) adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1999). Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri.[2]Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah. Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan menerima penghargaan dari orang lain.[3]
            Gangguan harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial.[4] Orang tua memiliki tanggung jawab besar untuk dapat memenuhi kebutuhan harga diri anak, melalui pemberian kasih sayang yang tulus sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan sehat, yang didalamnya terkandung perasaan harga diri yang stabil dan mantap. Disinilah, tampak arti penting peran orang tua dan guru sebagai fasiltator.
            Akhmad Sudrajad mengatakan bahwa pentingnya pemenuhan kebutuhan harga diri individu, khususnya pada kalangan remaja, terkait erat dengan dampak negatif jika mereka tidak memiliki harga diri yang mantap. Mereka akan mengalami kesulitan dalam menampilkan perilaku sosialnya, merasa inferior dan canggung. Namun apabila kebutuhan harga diri mereka dapat terpenuhi secara memadai, kemungkinan mereka akan memperoleh sukses dalam menampilkan perilaku sosialnya, tampil dengan kayakinan diri (self-confidence) dan merasa memiliki nilai dalam lingkungan sosialnya (Jordanet. al. 1979).[5]

3. Aspek-aspek Penghargaan Diri
       Menurut Maslow(Schultz, 1999) ada dua aspek utama yang mempengaruhi individu, yaitu :
a) Penghargaan dari diri sendiri
   Penghargaan dari diri sendiri adalah berupa keyakinan bahwa individu merasa aman dengan keadaan dirinya, merasa berharga dan adekuat. Ketidakmampuan merasakan diri berharga membuat individu merasa rendah diri, kecil hati, tidak berdaya dalam menghadapi kehidupan. Perasaan berharga terhadap diri dapat ditumbuhkan melalui pengetahuan yang baik tentang diri serta mampu menilai secara obyektif kelebihan-kelebihan maupun kelemahan-kelamahan yang dimiliki. Jadi, individu dapat menghargai dirinya bila individu mengetahui siapa dirinya.[6]
b) Penghargaan dari orang lain
   Keberartian ini dikaitkan dengan penerimaan, perhatian, dan afeksi yang ditunjukkan oleh lingkungan. Bila lingkungan memandang individu memiliki arti, nilai, serta dapat menerima inidividu apa adanya maka hal itu memungkinkan individu untuk dapat menerima dirinya sendiri, yang pada akhirnya mendorong individu memiliki harga diri tinggi atau yang positif. Sebaliknya bila lingkungan menolak dan memandang individu tidak berarti individu akan mengembangkan penolakan dan mengisolasi diri. Sulit untuk mengetahui apakah orang lain sebenarnya menghargai atau tidak, oleh sebab itu individu perlu merasa yakin bahwa orang lain berpikir baik tentng dirinya. Ada banyak cara supaya orang lain menghargai individu, antara lain melalui reputasi, status sosial, popularitas, prestasi, atau keberhasilan lainnya di dalam lingkungan masyarakat, kerja, sekolah, dan lain-lain.[7]
Aspek-aspek yang dikemukan Maslow tersebut di atas masih bersifat global. Aspek-aspek harga diri secara lebih rinci dikemukakan oleh Coopersmith (1967), yaitu :
a. Keberartian Diri (Significance)
            Hal itu membuat individu cenderung mengembangkan harga diri yang rendah atau negatif. Jadi, berhasil atau tidaknya individu memiliki keberartian diri dapat diukur melalui perhatian dan kasih sayang yang ditunjukkan oleh lingkungan.
b. Kekuatan Individu (Power)
       Kekuatan di sini berarti kemampuan individu untuk mempengaruhi orang lain, serta mengontrol atau mengendalikan orang lain, di samping mengendalikan dirinya sendiri.[8]
       individu mampu mengontrol diri sendiri dan orang lain dengan baik maka hal tersebut akan mendorong terbentuknya harga diri yang positif atau tinggi, demikian juga sebaliknya. Kekuatan juga dikaitkan dengan inisiatif. Pada individu yang memiliki kekuatan tinggi akan memiliki inisiatif yang tinggi, demikian sebaliknya.[9]
c. Kompetensi (Competence)
   Kompetensi diartikan sebagai memiliki usaha yang tinggi untuk mendapatkan prestasi yang baik, sesuai dengan tahapan usianya. Misalnya, pada remaja putra akan berasumsi bahwa prestasi akademik dan kemampuan atletik adalah dua bidang utama yang digunakan untuk menilai kompetensinya, maka individu tersebut akan melakukan usaha yang maksimal untuk berhasil di bidang tersebut. Apabila usaha individu sesuai dengan tuntutan dan harapan, itu berarti invidu memiliki kompetensi yang dapat membantu membentuk harga diri yang tinggi. Sebaliknya apabila individu sering mengalami kegagalan dalam meraih prestasi atau gagal memenuhi harapan dan tuntutan maka individu tersebut merasa tidak kompeten. Hal tersebut dapat membuat individu mengembangkan harga diri yang rendah.[10]
d. Ketaatan Individu Dan Kemampuan Memberi Contoh (Virtue)
            Ketaatan individu terhadap aturan dalam masyarakat serta tidak melakukan tindakan yang menyimpang dari norma dan ketentuan yang berlaku di masyarakat akan membuat individu tersebut diterima dengan baik oleh masyarakat. Demikian juga bila individu mampu memberikan contoh atau dapat menjadi panutan yang baik bagi lingkungannya, akan diterima secara baik oleh masyarakat. Jadi ketaatan individu terhadap aturan masyarakat dan kemampuan individu memberi contoh bagi masyarakat dapat menimbulkan penerimaan lingkungan yang tinggi terhadap individu tersebut. Penerimaan lingkungan yang tinggi ini mendorong terbentuknya harga diri yang tinggi. Demikian pula sebaliknya[11]
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penghargaan Diri
 a). Menurut Akhmad Sudrajad

1)Kegagalan yang berulang kali,
3) Kurang mempunyai tanggungjawab personal,
4) Ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yag tidak realistis
b). Menurut Dariuszky adalah perasaan takut, yaitu kekhawatiran atau ketakutan (fear).
 c). Menurut Coopersmith (1967)
1) Faktor jenis kelamin
2) Inteligensi
3) Kondisi fisik
4) Lingkungan keluarga
5) Lingkungan sosial[12]




B. Belajar
1. Pengertian Belajar

       Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain.13
2. Aspek-aspek Belajar
a. Kompetensi kognitif guru
Meliputi seluruh fenomena perasaan dan emosi seperti cinta, benci, senang, sedih, dan sikap-sikap tertentu terhadap diri sendiri dan orang lain. Namun demikian, kompetensi afektif (ranah rasa) yang paling penting dan paling sering dijadikan objek penelitian dan pembahasan psikologi pendidikan adalah sikap perasaan diri yang berkaitan dengan profesi keguruan
b. Kompetensi aktif guru

.15
c. Kompetensi psikomotor guru

Meliputi segala ketrampilan ata kecakapan yang bersifat jasmaniah yang pelaksanaannya berhubungan dengan tugasnya selaku pengajar. Guru yang profesional memerlukan penguasaan yang prima atas sejumlah keterampilan ranah karsa yang langsung berkaitn dengan bidag studi garapannya.16
3. Faktor yang mempengaruhi belajar
a. Faktor Intern
1) Faktor jasmaniah
 Faktor kesehatan

Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga akan lelah.
 Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah salah satu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Jika ini terjadi hendakya siswa belajar pada lembaga pendidikan khusus.17
17http://www.wawsanpendidikan.com/2015/09/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-belajar.html 18. Ibid., 19Ibid., 20Ibid.,
2) Faktor psikologi
 Intelegensi

Merupakan kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif.18
 Perhatian

Keaktifan jiwa yang dipertinggi, semata-mata tertuju pada suatu objek.19
 Minat

Kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
 Bakat

Potensi/ kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. (Ahmadi Abu Widodo Supriyono, 2004).
 Motivasi

Dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan. Semakin besar motivasinya maka semakin besar kesuksesannya.20
b. Faktor Eksetern
1) Faktor lingkungan sosial

Meliputi guru, para staf administrasi, teman sekelas, tetangga, masyarakat.
2) Faktor lingkungan non sosial

Meliputi gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu. (Winarno Suroakhmad, 1982).21





[1]https://hijaujaya.blogspot.co.id/2014/12/contoh-makalah-harga-diri-self-esteem.html?m=1

[2]Ibid.,
[3] Ibid.,
[4] Ibid.,
[5] Ibid.,
[6] Ibid.,
[7] Ibid.,
[8] Ibid.,
[9]Ibid.,
[10] Ibid.,
[11] Ibid.,
[12] Ibid.,

Load disqus comments

1 komentar: